Orang Bati – Manusia Bersayap Indonesia

0

Di Seram Kepulauan Maluku, juga dikenal sebagai Kepulauan Maluku di Indonesia, hidup makhluk yang memicu rasa ingin tahu dan ketakutan penduduk setempat. Dikenal sebagai Orang Bati, atau dalam istilah bahasa Indonesia manusia bersayap, makhluk tersebut menyerupai manusia atau kera raksasa bersayap mirip kelelawar.

Catatan sejarah tentang misionaris Kristen yang mengunjungi pulau-pulau tersebut selama abad ke-15 hingga ke-16 menceritakan bagaimana monster bersayap menyerang dan meneror desa Uraur di Seram. Penduduk takut makhluk itu, karena diketahui menculik bayi dan anak-anak saat makan di malam hari. Monster itu juga dikatakan menyerang desa-desa terdekat. Menurut penduduk setempat, Orang Bati hidup pada siang hari di Gunung Kairatu, gunung berapi yang tidak aktif dengan jaringan gua-gua yang dalam di Pulau Seram.

Orang Bati memiliki tubuh yang mirip kera, mirip dengan manusia yang berdiri setinggi empat hingga lima kaki, dengan kulit merah di tubuhnya. Makhluk itu memiliki sayap kulit hitam besar dan ekor panjang, dibandingkan dengan spesies rhamphorhynchoid dinosaurus terbang atau pterosaurus. Beberapa akun menggambarkan sayap dan ekor ditutupi bulu hitam tebal. Penduduk desa sering mendengar kedatangan Orang Bati melalui suara ratapannya yang melengking, mirip dengan suara pterosaurus.

Salah satu kisah Orang Bati yang paling banyak disebutkan adalah tentang misionaris Inggris bernama Tyson Hughes, yang pergi ke Maluku untuk membantu penduduk desa dengan sistem pertanian mereka pada tahun 1987. Awalnya orang Inggris itu skeptis tentang Orang Bati dan cerita-cerita itu. penduduk setempat memberitahu. Selama 18 bulan misinya, Hughes dan anggota timnya yang lain mengakui bahwa cerita desa itu benar.

Makhluk yang sebanding dikatakan ada di sekitar kawasan Asia Tenggara dan Pasifik, seperti Vietnam dan Filipina. Versi lain dari Orang Bati, disebut ahool di Jawa, digambarkan sebagai kelelawar raksasa. Deskripsi yang sama berlaku untuk penduduk Filipina, di mana mereka percaya kelelawar raksasa bertanggung jawab atas pembunuhan ternak di desa-desa. Pertama kali dianggap sebagai monyet terbang, versi Orang Bati ini mungkin merupakan persilangan antara burung dan kelelawar, bahkan mungkin elang besar.

Makhluk terbang besar serupa juga telah terlihat di beberapa wilayah di seluruh dunia. Namun, dalam catatan ini, makhluk itu bukan mamalia dan juga tidak menyerupai bentuk humanoid. Ahli paleontologi, atau mereka yang mempelajari hewan prasejarah, menemukan bahwa makhluk ini mirip dengan dinosaurus terbang, jadi mereka lebih mirip reptil atau burung daripada mamalia.

Kongomato Zambia di Afrika Tengah telah digambarkan sebagai hewan terbang besar dengan kulit kemerahan dan sayap tertutup kulit kasar. Kongomato juga terlihat di Rhodesia, Angola, dan Kongo. Namun di Papua Nugini, nama makhluk ini adalah ropen, yang dalam bahasa daerahnya berarti setan terbang. Catatan dari penduduk asli mengklaim bahwa ropen juga memakan daging manusia.

kunjungi dan baca juga artikel Berita Ambon

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *